HOPE
Aku berjalan tak tentu arah, sembari menikmati suasana bising di kota kelahiranku. Kota yang menjadi saksi bisu tentang kisah hidupku, kisah hidup yang tidak ada menarik menariknya sama sekali. Terkadang aku suka memikirkan satu pertanyaan, Kapan bahagia akan datang menjemputku? Kapan aku dapat merasakan bahagia tanpa sebuah luka lagi?
Aku sudah kebal, akan sebuah rasa bernama luka. Aku sudah kebal, akan sebuah penghianatan. Aku sudah kebal, akan sebuah pembullyan. Semuanya sudah seperti makanan sehari-hari ku.
Aku yang tidak mempunyai teman di sekolah, aku yang dijauhi, aku yang dikatai anak pembawa sial dan masih banyak lagi. Tapi, itu semua berubah semenjak kedatangannya. Kedatangannya yang membawa harap untukku bahagia. Kedatangannya yang menimbulkan sebuah perasaan yang sudah lama tak kurasakan. Kedatangannya yang mampu membuat ku merasakan jantungku kembali berpacu berkali-kali lipat. Kedatangannya yang mampu membuatku merasakan kupu-kupu terbang yang seakan menggelitik perutku.
Sungguh, itu adalah rasa yang sangat aku sukai. Rasa yang bagaikan candu untukku. Baiklah, mari kuceritakan tentang dia yang sudah mampu membuatku bahagia, tetapi mampu juga menjatuhkanku hingga kedasar jurang. Dia yang sangat sempurna, Dia yang mempunyai lesung pipi, Dia yang mempunyai senyuman indah yang sangat memabukkan.
Dia, Galen. Si cowok manis, yang entah datang dari planet mana. Dia satu-satunya orang yang mau berteman denganku. Dia satu-satunya orang yang memperlakukanku dengan sangat manusiawi. Dia yang mengajarkan ku bagaimana rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Dari cara nya mengajakku berkenalan, dari caranya menatap mataku, dari semua hal hal yang dia sering lakukan padaku. Semuanya adalah hal yang sangat aku sukai dan aku benci.
•••
"Aku Galen, kamu?" ucapnya sembari tersenyum, hingga menampilkan lesung pipi nya.
Dia berbicara padaku? Sungguh? Apa aku tidak salah dengar?
"Kamu bertanya kepadaku?" tanyaku dengan kikuk untuk memastikan, sungguh ini pertama kalinya ada yang mau berbicara denganku.
"Iya, aku bertanya padamu. Memangnya siapa lagi?" Tanyanya sambil masih tetap tersenyum.
"A-aku Zaresha. Kamu bisa panggil aku apapun" ucapku dengan gugup, sungguh gugup ku muncul bukan karena ketampanannya. Tapi karena ini pertama kalinya bagiku berbicara dengan orang di sekolah ini.
"Apapun? Kalau begitu sayang boleh dong?" ucapnya dengan nada menggoda.
"B-bukan seperti itu maksudku" ucapku sembari menunduk.
"Haha, aku bercanda. Kamu tidak ke kantin? Bersama teman temanmu?" tanyanya padaku.
Ke kantin? Bersama teman? Punya teman saja tidak, bagaimana caranya pergi bersama teman?
"Teman? Aku tidak punya teman disini, mereka tidak ada yang mau berteman denganku. Kata mereka, aku hanyalah anak pembawa sial. Jadi lebih baik kamu jauh jauh dariku, agar tidak terbawa sial juga." ucapku dengan pelan. Entah dia mendengar atau tidak, aku tidak peduli.
"Kalau aku tidak mau bagaimana? Aku tidak percaya hal hal seperti itu. Mari berteman, aku akan selalu melindungimu. Aku akan menjadi tempat berlindungmu, dan aku akan menjadi tempat kamu pulang" katanya dengan sungguh sungguh. Aku menatap matanya, tujuan ku hanya satu. Untuk mencari kebohongan di matanya, tetapi tak ku temukan apa yang kucari.
Entah kenapa, rasa hangat itu datang menghampiriku ketika tak kutemukan kebohongan di matanya. Entah kenapa, harapan itu timbul kembali di hatiku. Entah kenapa, aku merasakan seperti ada kupu-kupu terbang di perutku.
"Benarkah?" tanyaku dengan ragu
"Iya, bagaimana sebagai tanda kalau kita sudah berteman kita jalan bersama? Nonton misalnya?" tanya nya sembari tersenyum sangat manis.
Aku ingin menolak, sungguh aku tak menyukai tempat tempat ramai seperti itu. Aku lebih menyukai tempat-tempat yang tidak terlalu ramai. Aku tak ingin pergi, tapi saat melihat senyumnya. Matanya yang penuh harap, aku tak tega.
"Baiklah" ucapku dengan ragu
"Pulang sekolah, aku tunggu kamu di parkiran ya. Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa" ucap nya dan berlalu dari kelas ku.
•••
Kring…kring…kring….
"Baiklah anak anak, saya sudahi pelajaran kali ini. Selamat siang" Ujar bu Mayang dan berlalu keluar kelas.
Aku langsung bangkit dari tempat dudukku, dan berjalan menuju parkiran. Sungguh tak pernah aku merasa hingga sesemangat ini.
"Hai, ayo!" sapanya saat aku baru sampai di parkiran.
Kemudian dia memanaskan motor nya, setelah itu dia memberiku sebuah jaket. Aku mengernyitkan dahi ku, untuk apa ia memberiku sebuah jaket?
"Tutupi paha kamu, pakai jaket itu" ujarnya sembari menunjuk jaket di tanganku.
"Iya" jawabku sambil naik ke atas motornya dan menutupi pahaku menggunakan jaket yang ia berikan tadi.
"Sudah?" tanya nya
"Sudah" jawabku
Kemudian ia mulai menjalankan motornya membelah jalan raya yang sangat padat hari ini. Hari ini sangat terik, benar benar membuat mukaku menjadi merah seperti tomat busuk. Akhirnya kami sampai juga di salah satu mall di kotaku ini. Jarang sekali aku menginjakkan kaki di tempat ramai seperti ini.
"Ayo turun, mau kemana dulu?" tanyanya sembari melepas helm.
"Terserah kamu aku nggak tau apa apa" jawabku sembari turun dari motornya
"Makan dulu, habis itu kita nonton bagaimana?" tanyanya padaku.
"Terserah kamu saja" ucapku, tiba tiba aku merasakan tangannya menggenggam tangan ku.
Rasa hangat itu kembali aku rasakan. Ia membawaku ke salah satu restoran yang ada di mall ini.
"Makan disini saja, ya?" tanyanya dan hanya ku jawab dengan anggukan kepala saja.
Aku bingung harus diam atau bertanya, tapi sungguh pertanyaan ini mengusikku. Tiba tiba saja aku merasakan tubuhku seperti di siram air. Apakah hujan? Ah mungkin, tapi kan aku sekarang sedang berada di dalam mall. Tidak mungkin hujan. Tiba-tiba sebut guncangan menyadarkan ku.
Ternyata sedari tadi aku sedang melamun dan apa apaan ini? Kenapa wanita di hadapanku menatapku dengan begitu bengisnya? Dan tunggu sehabis mengguncangnya badanku tadi, Galant menjadi sangat pendiam. Ada apa sebenarnya?
"Maksud lo apa jalan sama cowok gua? Dan kamu Galen aku nggak nyangka ya, kamu bilang kamu bakal jaga hati, pikiran, dan juga rasa kamu cuman buat aku! Nyatanya? Kamu sama dia Gal, sama cewek nggak tau diri ini." ucapnya sembari menatapku dengan sangat tajam
Apa maksud wanita ini? Jaga hati? Pikiran? Rasa? Jangan bilang dia adalah pacar Galen? Maksudnya apa?
"Sayang ini nggak seperti apa yang kamu bayangkan. Aku jalan sama cewek sialan ini karena dare doang sayang. Percaya sama aku." ucap nya kepada wanita yang tadi menyiram bajuku itu.
Sebentar, apa katanya tadi DARE? Jadi aku hanya bahan dare? Jadi sedari tadi di sekolah, rasa simpatinya kepadaku hanya kebohongan semata saja?
"Dan lo cewek sialan, ternyata bener ya lo tuh cuman bawa sial doang. Sampe gua putus sama cewek gua. Lo abis sialan!" maki nya kepadaku.
Ah ternyata benar. Sehabis dia mengatakan itu, dia bangkit dari kursinya dan pergi bersama wanita itu. Meninggalkan ku bersama kehancuran kembali. Memberikan hatiku sebuah goresan lagi. Ku kira dia adalah orang yang tepat, kukira dia yang akan menyembuhkan luka luka ku selama ini, ku kira dia adalah tempat berlabuh ku. Nyatanya? Dia hanya orang yang suka menorehkan luka. Ternyata kedatangannya hanya membuat luka itu semakin dalam.